Suami Yang Murah Hati dan Istri yang Mensyukuri

Diposting oleh Cerita Pasutri on Jumat, 26 Agustus 2011

Kadang sewaktu kita masih berstatus single atau melajang, kita seakan tidak pernah mempermasalahkan kondisi keuangan kita. Ini bagi yang sudah bekerja dan bisa mencukupi kebutuhan dirinya saja, tapi bagi yang sudah menikah, kondisi keuangan keluarga seakan menjadi prioritas utama dimana perkaranya sudah dinomorsatukan dan juga berperan aktif dalam menopang kokohnya rumah tangga.

Banyak konflik yang terjadi dalam rumah tangga disebabkan kondisi keuangan keluarga yang tidak stabil atau cenderung kurang. Seringnya, pihak suamilah yang sering menjadi kambing hitam dalam permasalahan ini. Bukan karena saya berstatus seorang suami loh ya.. tapi kadang sering adakalanya seorang istri tidak bersifat qona'ah dan menerima kondisi keuangan suami. Apalagi sumber keuangan tersebut hanya dari pihak suami saja, maka mungkin di satu sisi akan terasa berat permasalahan ini.

Sebenarnya, pemberian nafkah kepada istri merupakan kewajiban yang sangat nyata bagi para suami. Karena Allah menyatakan dalam firman-Nya (yang artinya):

"Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.. (Q.S. An-Nisa' :34)

Dan juga sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Hakim bin Mu'awiyah al-Qusyairi dari bapaknya berkata: Aku bertanya: " Ya Rosulullah, apa saja hak-hak istri salah seorang diantara kita yang menjadi kewajiban suaminya?" Beliau pun menjawab:
"Kamu memberinya makan bila kamu makan dan kamu beri pakaian bila kamu berpakaian dan jangan memukul wajahnya dan jangan pula kamu menjelek-jelekkannya dan jangan kamu memisahinya dari tempat tidurnya melainkan (kamu juga tetap tidur) di rumah." (Hadits Shahih, Abu Dawud: 2142 dan Ahmad 4/447)

Oleh karena itu, seorang istri boleh meminta haknya kepada suaminya dalam pemenuhan kebutuhan makan, minum, pakaian dan yang lainnya dan suami pun tidak boleh menolak hak istrinya tersebut dan dia harus membelanjakan hartanya untuk memenuhi hak-hak istri, sebab demikianlah yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Tapi yang menjadi masalah adalah terkadang istri selalu meminta lebih dari apa yang telah diusahakan suaminya berupa nafkah hasil kerja keras suaminya. Memang sebenarnya tidak ada batasan bagi seorang suami dalam memberikan nafkah terhadap istrinya, tentu para suami yang baik akan berharap bahwa ia bisa mencukupi kebutuhan istrinya,  sehingga istrinya bisa hidup sejahtera dan tidak kekurangan. Akan tetapi, istri pun harus menyadari bahwa terkadang kerja keras suami tidak banyak membuahkan hasil yang memuaskan. Maka dalam hal ini, istri haruslah mensyukuri nafkah yang telah diberikan oleh suaminya dan berusaha untuk tidak mencela pemberian suaminya. Lebih baik, istri tetap ikhlas dan terus berusaha memotivasi suami agar lebih giat lagi dalam mencari nafkah dan mendo'akan kelapangan rizki bagi keluarganya.

Akhir kalam, semua ini membuahkan sebuah kesimpulan bahwa kebahagiaan pasutri berkenaan dengan nafkah dan kondisi keuangan keluarga ini ada pada kemurahan hati suami dalam memberi dan banyak bersyukurnya istri atas apa yang diberikan oleh suaminya.
Sumber: Mengutip dari Majalah Al-Mawaddah

{ 1 komentar... read them below or add one }

Kaget mengatakan...

Suami, tak lain hanya membutuhkan dukungan istri yang secara langsung meningkatkan semangat untuk menutupi kebutuhan hidup. Seperti itu kira2? :D

Posting Komentar

Anda ingin mengapresiasi tulisan dengan tanggapan, kritik dan saran? Silakan tinggalkan komentar anda di bawah ini. Pilih option Name and URL supaya anda lebih mudah dalam berkomentar. No Moderation!! Terima kasih